Apa itu Debt Ceiling? Sejarah hingga Dampaknya Lengkap!

Kayeols

Apa itu Debt Ceiling? Sejarah hingga Dampaknya Lengkap! – Belakangan ini banyak video di youtube yang membahas mengenai Debt Ceiling?.

Mungkin orang yang profesional di bidang keuangan paham mengenai akan hal ini. Namun bagaimana untuk kita yang masih awam?, berikut penjelasannya!.

Apa itu Debt Ceiling? Sejarah hingga Dampaknya Lengkap!

Aalah batas maksimum yang ditetapkan oleh pemerintah dalam hal jumlah utang yang dapat dikeluarkan untuk membiayai pengeluaran negara. Dalam konteks Amerika Serikat, debt ceiling adalah batas maksimum yang ditetapkan oleh Kongres AS mengenai jumlah utang yang dapat dikeluarkan oleh Departemen Keuangan AS.

Batas tersebut menentukan sejauh mana pemerintah AS dapat meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran negara. Debt ceiling bertujuan untuk memberikan pengawasan terhadap jumlah utang yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Setiap kali pemerintah ingin melebihi batas utang yang ditetapkan, harus ada persetujuan dari Kongres AS. Tanpa persetujuan tersebut, pemerintah akan menghadapi “default” atau ketidakmampuan untuk membayar utangnya.

Debt ceiling sering menjadi subjek perdebatan politik di Amerika Serikat. Ketika batas utang mendekati atau mencapai titik maksimum, pemerintah harus mengambil tindakan untuk menghindari default.

Baca Juga:  √ Apa Itu Dongle? Dan Bagaimana Cara Kerjanya?, Yuk Simak!!!

Biasanya, langkah-langkah darurat diambil, seperti menggunakan sumber daya internal atau melakukan restrukturisasi keuangan, untuk sementara waktu menghindari default.

Namun, jika tidak ada langkah-langkah yang diambil atau tidak ada kesepakatan politik untuk meningkatkan batas utang, pemerintah dapat menghadapi konsekuensi serius, seperti krisis keuangan atau penurunan kredibilitas negara.

Sejarah

Sejarah debt ceiling di Amerika Serikat dimulai pada tahun 1917 dengan adopsi Undang-Undang Uang Kertas Liberty Bond.

Undang-Undang tersebut memberikan wewenang kepada Departemen Keuangan AS untuk mengeluarkan obligasi tanpa batas waktu tertentu guna membiayai partisipasi AS dalam Perang Dunia I. Namun, pada tahun 1919, Kongres AS mengesahkan Batas Utang 1919 yang mengatur jumlah utang yang dapat dikeluarkan.

Sejak saat itu, Kongres AS secara berkala mengesahkan undang-undang untuk menetapkan dan meningkatkan batas utang.

Pada awalnya, kenaikan batas utang dilakukan secara individual dan berbeda untuk setiap obligasi yang dikeluarkan. Namun, pada tahun 1939, Kongres mengadopsi undang-undang yang menggantikan pendekatan tersebut dengan memperkenalkan satu batas utang keseluruhan yang mencakup semua utang pemerintah AS.

Selama bertahun-tahun, batas utang telah mengalami beberapa penyesuaian. Kongres AS secara periodik meningkatkan batas utang untuk memungkinkan pemerintah membiayai pengeluaran negara yang melebihi penerimaan pajak yang masuk.

Baca Juga:  Apa Itu XAMPP? Apa Fungsi, Kegunaan, Dan Cara Menggunakannya

Penting dicatat bahwa setiap peningkatan batas utang hanya mengubah batas maksimum utang yang dapat dikeluarkan, tetapi tidak menghapus utang yang sudah ada.

Utang yang telah dikeluarkan tetap ada, dan pemerintah harus membayar bunga dan pokok utang tersebut sesuai dengan jadwal pembayaran yang ditentukan.

Baca Juga :

Dampak

ceiling debt

Debt ceiling atau batas utang yang tercapai atau mendekati batas maksimumnya dapat memiliki beberapa dampak signifikan. Beberapa dampak yang mungkin terjadi akibat ketidakmampuan untuk meningkatkan batas utang atau ketidaksepakatan politik terkait hal ini adalah :

1. Ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan

Jika pemerintah tidak dapat meminjam lebih banyak uang untuk membiayai pengeluaran negara yang telah disetujui, pemerintah mungkin tidak dapat memenuhi kewajiban keuangan yang termasuk dalam anggaran, seperti pembayaran gaji dan pensiun bagi pegawai negeri, pembayaran bunga utang, dan pembayaran program-program sosial.

2. Risiko default

Jika batas utang tidak ditingkatkan dan pemerintah tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk membayar utang yang jatuh tempo, maka negara tersebut dapat menghadapi risiko default, yaitu ketidakmampuan untuk membayar utang-utangnya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Baca Juga:  Apa itu Burning Coin dalam Cryptocurrency? Yuk Simak!

Default dapat menyebabkan penurunan kredibilitas negara tersebut di pasar keuangan global dan meningkatkan biaya pinjaman di masa depan.

3. Ketidakpastian ekonomi

Ketidakpastian yang terkait dengan perdebatan dan kebuntuan politik seputar debt ceiling dapat berdampak negatif pada perekonomian.

Hal tersebut dapat mempengaruhi sentimen pasar, mengurangi kepercayaan investor, dan mengganggu stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Ketidakpastian ini juga dapat berdampak pada pasar saham, nilai tukar mata uang, dan suku bunga.

4. Penurunan kredit negara

Jika negara mengalami default atau gagal membayar utangnya, lembaga pemeringkat kredit dapat menurunkan peringkat kredit negara tersebut.

Penurunan peringkat kredit dapat menyebabkan biaya pinjaman yang lebih tinggi bagi negara tersebut di masa depan, yang akan memberatkan anggaran negara dan membatasi akses terhadap sumber daya keuangan yang lebih murah.

5. Dampak global

Jika negara dengan debt ceiling mengalami kesulitan keuangan atau risiko default, ini juga dapat berdampak secara global.

Hal tersebut dapat mempengaruhi pasar keuangan global, merusak kepercayaan investor, dan memicu ketidakstabilan ekonomi di berbagai negara.

Penting untuk diingat bahwa dampak yang sebenarnya dapat beragam tergantung pada konteks dan durasi ketidakmampuan untuk meningkatkan batas utang.

Namun, secara umum, dampak-dampak tersebut mengindikasikan pentingnya pengaturan yang stabil dan terkoordinasi mengenai utang negara untuk menjaga stabilitas keuangan dan ekonomi.

Bagikan:

Tags

Kayeols

Usaha dan Berdoa itu Sangat Penting, Berjuanglah Sekuat Tenaga, Niscaya Perjuanganmu akan membuahkan Hasil Yang Manis.

Tinggalkan komentar